Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah
sistem yang digunakan untuk mengelola data dan informasi keruangan. SIG
memiliki cakupan yang sangat luas, mulai dari pengambilan data di
lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS), input data ke
komputer, analisa dengan software, keluaran berupa model peta, 3D
display, SIG berbasis web, dan sebagainya.
Sekarang ini, aplikasi SIG tidak hanya menjadi domain sektor-sektor
yang berhubungan dengan lahan saja (seperti militer, pertambangan,
kehutanan, perkebunan dan pertanian), tapi juga sudah secara luas
digunakan untuk kesehatan, perdagangan, distribusi, jaringan, dan
bisnis.
Banyak instansi pemerintah dan perusahaan sudah mulai menganggap
penting atau bahkan sudah menggunakan SIG. Mengembangkan SIG,
sebagaimana sistem-sistem lainnya, tentu saja harus dibarengi dengan
strategi yang tepat agar pengembangannya tidak salah arah.
Banyak sekali pengembangan sistem informasi yang gagal karena
berorientasi kepada output. Tidak ada mekanisme updating atau desain
ulang sistem serta terkuncinya kode sumber (source code) adalah penyebab
gagalnya pengembangan sistem informasi.
Tidak terkecuali SIG, sering sekali pengembangannya diarahkan untuk
menghasilkan peta yang besar, menghasilkan CD/DVD interaktif, SIG
berbasis web seperti GoogleEarth, dan display tiga dimensi. Pola pikir
tersebut keliru karena orientasinya adalah output tanpa menekankan
bagaimana proses di dalam sistem berjalan dengan baik.